Rabu, 03 November 2010

Pendulangan Intan Salah Satu Objek Wisata



Orang – orang dari luar Kalimantan Selatan yang kebetulan berada di “Tanah Banjar “ ini terutama bagi wisatawan tak pernah melewatkan mengunjungi daerah pendulangan ini..
Kawasan daerah pendulangan tradisional di Desa Pumpung, kelurahan Sungai Tiung, Kecamatan Cempaka. Mendulang intan bagi penduduk Desa Pumpung dan sekitarnya, merupakan mata pencaharian turun -temurun. Tetapi banyak juga dari daerah lain yang datang untuk mengadu nasib. Di daerah ini, disamping mendulang intan juga mendulang emas. Umumnya pendulang bekerja dengan kerja berkelompok.- kelompok. Jumlah anggota kelompok ini ada yang puluhan orang. Sebelum bekerja mereka terlebih dahulu mengenali tempat yang dimungkinkan atau diperkirakan terdapat intan. Untuk mencari tempat ini biasanya ada pemandu atau orang setempat menamakannya “mualim”. Lobang yang digali mencapai kedalaman 15 meter dengan menggunakan perkakas tradisional seperti dulangan yang berbentuk bulat kerucut yang terbuat dari kayu, tirak atau linggis, tangguk kecil yang dibuat dari anyaman rotan. Untuk membuang air dari lobang itu, mereka menggunakan pompa air .
Mereka bekerja dari pagi sampai sore. Ada beberapa larangan atau tabu selama bekerja antara lain : tidak boleh menyebut nama intan tetapi “galuh”. Sebab apabila menyebut “intan” maka intannya itu akan menjauh. Tidak boleh berkata-kata yang tidak sopan apalagi berbuat melanggar etika.
Cempaka adalah kawasan pendulangan intan dan emas yang terletak sekitar 47 km dari Kota Banjarmasin dan 7 km dari Kota Banjarbaru.
Di tempat ini akan dapat melihat langsung bagai mana para pendulang bekerja mencari intan atau emas di lobang – lobang galian sampai pada proses pencucian batu – batu yang masih bercampur lumpur.
Pada tahun 1846 di tambang ini pernah didapatkan intan seberat 20 karat. Dan pada tahun 1850 rekor itu telah dipecahkan dengan didapatkannya intan seberat 167,5 karat. Pada tanggal 26 Agustus 1965. ditemukan 166,75 karat oleh sekelompok pedulang intan di bawah pimpinan H. Madslam dkk (24 orang) di lokasi pendulangan intan Sungai Tiung Kec. Cempaka Kota Banjarbaru Kalsel ( pada waktu itu masih wilayah Kabupaten Banjar ) Presiden Soekarno memberi nama intan itu “ Intan Trisakti “.
*** Arsyad Indradi.

Eksotika Pasar Terapung

Pasar Terapung di Lok Baintan Kabupaten Banjar

Pasar Terapung di Kuin Bnjarmasin

Ada dua lokasi pasar terapung di Kalimantan Selatan, yaitu Kuin Banjarmasin dan Lok Baintan Kabupaten Banjar. Pasar terapung Lok Baintan ini merupakan pasar terapung yang lebih besar dari pasar terapung Kuin, dan masih terasa ketradisionalannya. Di dunia, pasar terapung ini yang merupakan alami hanya terdapat di Kalimantan Selatan, keunikannya sungguh menakjubkan demikian juga eksotiknya. Orang bertransaksi dengan jukung (perahu). Barang dagangannya adalah hasil bumi. Mereka adalah petani yang menjual hasil buminya ke sini.
Aktivitasnya, dimulai selepas subuh (dini hari) hingga sekitar jam 10 wita.
Eksotik lainnya,semua petani dan pedagangnya memakai tanggui. Tanggui adalah topi besar dari daun rumbia. Tanggui ini khas dari Kalimantan Selatan.
Bukan itu saja, keramahan dan keakraban para petani dan pedagangnya yang
semuanya dominan perempuan itu menambah pesona yang hadir di situ. Dan melihat aneka sayur-mayur dan buah-buahan yang segar, seakan-akan menghadirkan kesegaran jiwa bagi anda yang saban hari dijejali oleh kepenatan dan kejenuhan dunia kerja. Ini sungguh-sungguh eksotik.***A.Indradi.


SEJARAH DAN PERANAN MUSIK PANTING


Oleh : Fahrurraji Asmuni/Raji Abkar


A. PENGERTIAN MUSIK PANTING

Musik Panting adalah musik tradisional suku Banjar di Kalimantan Selatan. Disebut musik panting karena didominasi oleh alat musik yang dinamakan panting, sejenis gambus yang memakai senar (panting) maka disebut musik panting.

B. SEJARAH MUSIK PANTING

Pada awalnya musik panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.

C. TOKOH-TOKOH MUSIK PANTING

Pada umumnya orang yang memainkan musik panting adalah masyarakat Banjar. Tokoh yang paling terkenal sebagai pemain panting adalah A. SARBAINI. Dan ada juga group-group musik panting yang lain. Tetapi sekarang ini seiring dengan adanya perkembangan zaman group musik panting menjadi semakin sedikit bahkan jarang ditemui.

D. ALAT-ALAT MUSIK PANTING

alat musik pantingAlat-alat musik panting terdiri dari :
a. Panting, alat musik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi lebih kecil dan memiliki senar. Panting dimainkan dengan cara dipetik.
b. Babun, alat musik yang terbuat dari kayu berbentuk bulat, ditengahnya terdapat lubang, dan di sisi kanan dan kirinya dilapisi dengan kulit yang berasal dari kulit kambing. Babun dimainkan dengan cara dipukul.
c. Gong, biasanya terbuat dari aluminium berbentuk bulat dan ditengahnya terdapat benjolan berbentuk bulat. Gong dimainkan dengan cara dipukul.
d. Biola, sejenis alat gesek.
e. Suling bambu, dimainkan dengan cara ditiup.
f. Ketipak, bentuknya mirip tarbang tetapi ukurannya lebih kecil, dan kedua sisinya dilapisi dengan kulit.
g. Tamburin, alat musik pukul yang terbuat dari logam tipis dan biasanya masyarakat Banjar menyebut tamburin dengan nama guguncai.

E. CARA PENYAJIAN MUSIK PANTING

Menurut cara penyajiannya panting termasuk jenis musik ansambel campuran. Karena terdiri dari berbagai jenis alat musik. Dalam pertunjukan musik panting, biasanya jumlah pantingnya sebanyak 3 buah dan ditambah alat-alat musik lainnya. Musik panting disebut juga dengan nama japin apabila penyajiannnya diiringi dengan tarian. Musik panting disajikan dengan lagu-lagu yang biasanya bersyair pantun. Pantun tersebut berisi nasehat ataupun pantun petuah, dan pantun jenaka. Lagu yang dinyanyikan monotor, yang artinya musik tersebut dinyanyikan tanpa ada reff. Pemain musik panting memainkan musik tersebut dengan cara duduk, para pemain laki-laki duduk dengan bersila, sedangkan pemain perempuan duduk dengan bertelimpuh. Para pemain musik panting pada umumnya mengenakan pakaian Banjar. Yang laki-laki mengenakan peci sebagai tutup kepala sedangkan pemain perempuan menggunakan kerudung.

F FUNGSI MUSIK PANTING

Musik panting mempunyai fungsi sebagai :
1. Sebagai hiburan, karena musiknya dan syair-syairnya yang terkadang jenaka dan dapat menghibur orang banyak. Oleh karena itu, musik panting sering digunakan pada acara perkawinan.
2. Sebagai sarana pendidikan, karena didalam musik panting syainya berisi tentang nasehat-nasehat dan petuah.
3. Sebagai musik yang memiliki nilai-nilai agama, karena musik-musiknya mengandung unsur-unsur agama.
4. Untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama warga masyarakat.
5. Sebagai kesenian musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.


MUSIK KENTUNG ( MUSIK TRADISIONAL BANJAR)


Oleh : Arsyad Indradi

Musik ini berasal dari daerah Kabupaten Banjar yaitu di desa Sungai Alat Kecamatan Astambul dan kampung Bincau Kecamatan Martapura. Pada masa sekarang, musik kentung ini sudah mulai langka. Masa dahulu alat musik ini dipertandingkan. Dalam pertandingan ini bukan saja pada bunyinya, tetapi juga hal-hal yang bersifat magis, seperti kalau dalam pertandingan itu alat musik ini bisa pecah atau tidak dapat berbunyi dari kepunyaan lawan bertanding.
Bahan untuk membuat alat musik kentung ini adalah bambu. Bentuknya seperti angklung dari Jawa Barat. Untuk mengatur bunyi tergantung pada rautan bagian atasnya hingga melebihi dari seperdua lingkaran bambu. Rautan itu makin ke atas semakin mengecil sebagai pegangannya. Sedang bagian bawahnya tetap seperti biasa. Panjangnya biasanya dua ruas, dan buku yang ada di bagian tengahnya ( dalam ) dibuang agar menghasilkan bunyi. Pengaturan bunyi biasanya tergantung pada rautan bagian atasnya. Semakin dibuang atasnya itu akan menimbulkan nada yang lebih tinggi.
Biasanya bambu yang digunakan untuk membuat alat musik ini tidak sembarang bambu artinya harus dipilih secara cermat terutama yang dapat mengeluarkan bunyi yang bagus dan juga tidak mudah pecah.
Musik kentung termasuk alat musik pentatonis, boleh dikatakan pula sejenis alat musik perkusi. Karena cara membunyikannya dihentakkan pada sebuah potongan kayu yang bundar. Alat musik kentung ini berjumlah 7 buah dan masing-masing mempunyai nama, yaitu : Hintalu randah, hintalu tinggi, tinti pajak,tinti gorok,pindua randah, pindua tinggi dan gorok tuha.
Pada perkembangannya musik kentung yang merupakan musik yang bersifat instrumentalia ini, dapat mengiringi lagu atau nyanyian Banjar umumnya yang berjenis lagu-lagu tirik dan japin. Agar lebih harmonisasinya biasanya ditambah dengan babun ( gendang ) dan gong atau alat musik lainnya yang diperlukan.
Musik tradisional ini sesungguhnya perlu dilestarikan dalam rangka mengembangkan kesenian nasional, agar dapat memperkaya hazanah kesenian Indonesia yang beraneka ragam. Semoga pihak yang terkait terutama lembaga seni budaya seperti lembaga Budaya Banjar, Pariwisata, Dewan Kesenian Daerah maupun komunitas seni di daerah ini peduli akan keberadaan yang bernama musik kentung yang rawan semakin punah.Semoga.

MAULID BARZANJI

Al-Barzanji adalah karya tulis berupa prosa dan sajak yang isinya bertutur tentang biografi Muhammad, mencakup *nasab*-nya (silsilah), kehidupannya dari masa kanak-kanak hingga menjadi rasul. Selain itu, juga mengisahkan sifat-sifat mulia yang dimilikinya, serta berbagai peristiwa untuk dijadikan teladan manusia.
Judul aslinya adalah *’Iqd al-Jawahir *(Kalung Permata). Namun, dalam perkembangannya, nama pengarangnyalah yang lebih masyhur disebut, yaitu Syekh Ja’far ibn Hasan ibn Abdul Karim ibn Muhammad al-Barzanji. Dia seorang sufi yang lahir di Madinah pada 1690 M dan meninggal pada 1766 M.
*Relasi Berjanji dan Muludan
*Ada catatan menarik dari Nico Captein, seorang orientalis dari Universitas Leiden, dalam bukunya yang berjudul *Perayaan Hari Lahir Nabi Muhammad SAW *(INIS, 1994). Menurutnya, Maulid Nabi pada mulanya adalah perayaan kaum Syi’ah Fatimiyah (909-117 M) di Mesir untuk menegaskan kepada publik bahwa dinasti
tersebut benar-benar keturunan Nabi. Bisa dibilang, ada nuansa politis di balik perayaannya.
Dari kalangan Sunni, pertama kali diselenggarakan di Suriah oleh Nuruddin pada abad XI. Pada abad itu juga Maulid digelar di Mosul Irak, Mekkah dan seluruh penjuru Islam. Kendati demikian, tidak sedikit pula yang menolak memperingati karena dinilai *bid’ah *(mengada-ada dalam beribadah). Adapun Sultan Shalahuddin Al-Ayyubi yang dikenal sebagai perintis peringatan Maulid, sebenarnya hanya berperan menghidupkan kembali atau merevitalisasi Maulid yang pernah ada pada masa Dinasti Fatimiyah. Tujuannya, membangkitkan
semangat *jihad *(perjuangan) dan *ittihad *(persatuan) tentara Islam melawan *crusaders *(Pasukan Salib) yang saat itu memang memerlukan keteguhan dan keteladanan. Dari itulah muncul anggapan, Shalahuddin adalah penggagas dan peletak dasar peringatan Maulid Nabi. Adapun historisitas al-Barzanji berawal dari lomba menulis riwayat dan puji-pujian kepada Nabi yang diselenggarakan Shalahuddin pada 580 H/1184 M.
Dalam kompetisi itu, karya indah Syekh Ja`far al-Barzanji tampil sebagai yang terbaik. Sejak itulah Kitab Al-Barzanji mulai disosialisasikan. Di Indonesia, tradisi Berjanjen bukan hal baru, terlebih di kalangan
*Nahdliyyin
*(sebutan untuk warga NU). Berjanjen tidak hanya dilakukan pada peringatan Maulid Nabi, namun kerap diselenggarakan pula pada tiap malam Jumat, pada upacara kelahiran, *akikah *dan potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Bahkan, pada sebagian besar pesantren, Berjanjen telah
menjadi kurikulum wajib.
Selain al-Barzanji, terdapat pula kitab-kitab sejenis yang juga bertutur tentang kehidupan dan kepribadian Nabi. Misalnya, kitab
*Shimthual-Durar, karya al-Habib Ali bin Muhammad bin Husain al-Habsyi (Syair Maulud Al-Habsy),
*al-Burdah, karya al-Bushiri dan
*al-Diba, karya Abdurrahman al-Diba’iy.
*Inovasi Baru
*Esensi Maulid adalah penghijauan sejarah dan penyegaran ketokohan Nabi sebagai satu-satunya idola teladan yang seluruh ajarannya harus dibumikan. Figur idola menjadi miniatur dari idealisme, kristalisasi dari berbagai falsafah hidup yang diyakini. Penghijauan sejarah dan penyegaran ketokohan itu dapat dilakukan kapan pun, termasuk di bulan Rabi’ul Awwal. Kaitannya dengan kebangsaan, identitas dan nasionalisme seseorang akan lahir jika ia membaca sejarah bangsanya. Begitu pula identitas sebagai penganut agama akan ditemukan (di antaranya) melalui sejarah agamanya. Dan, dibacanya Kitab al-Barzanji merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan esensial itu, yakni ‘menghidupkan’ tokoh idola melalui teks-teks sejarah.
Permasalahannya sekarang, sudahkah pelaku Berjanjen memahami bait-bait indah al-Barzanji sehingga menjadikannya ispirator dan motivator keteladanan?
Barangkali, bagi kalangan santri, mereka dapat dengan mudah memahami makna tiap baitnya karena (sedikit banyak) telah mengerti bahasa Arab. Ditambah kajian khusus terhadap referensi penjelas *(syarh) *dari al-Barzanji, yaitu kitab *Madarij al-Shu’ud *karya al-Nawawi al-Bantani, menjadikan pemahaman mereka semakin komprehensif.
Bagaimana dengan masyarakat awam? Tentu mereka tidak bisa seperti itu. Karena mereka memang tidak menguasai bahasa Arab. Yang mereka tahu, kitab itu bertutur tentang sejarah Nabi tanpa mengerti detail isinya. Akibatnya, penjiwaan dan penghayatan makna al-Barzanji sebagai inspirator dan motivator hidup menjadi tereduksi oleh rangkaian ritual simbolik yang tersakralkan.
Barangkali, kita perlu berinovasi agar pesan-pesan profetik di balik bait al-Barzanji menjadi tersampaikan kepada pelakunya (terutama masyarakat awam) secara utuh menyeluruh. Namun, ini tidaklah mudah. Dibutuhkan penerjemah yang andal dan sastrawan-sastrawan ulung untuk mengemas bahasa al-Barzanji
ke dalam konteks bahasa kekinian dan kedisinian. Selain itu, juga mempertimbangkan kesiapan masyarakat menerima inovasi baru terhadap aktivitas yang kadung tersakralkan itu. Inovasi dapat diimplementasikan dengan menerjemahkan dan menekankan aspek keteladan. Dilakukan secara gradual pasca-membaca dan melantunkan syair al-Barzanji. Atau mungkin dengan kemasan baru yang tidak banyak menyertakan
bahasa Arab, kecuali lantunan shalawat dan ayat-ayat suci, seperti dipertunjukkan W.S. Rendra, Ken Zuraida (istri Rendra), dan kawan-kawan pada Pentas Shalawat Barzanji pada 12-14 Mei 2003 di Stadion Tennis Indoor, Senayan, Jakarta. Sebagai pungkasan, semoga Barzanji tidak hanya menjadi ‘lagu wajib’ dalam
upacara, tapi (yang penting) juga mampu menggerakkan pikiran, hati, pandangan hidup serta sikap kita untuk menjadi lebih baik sebagaimana Nabi.
Dan semoga, Maulid dapat mengentaskan kita dari keterpurukan sebagaimana Shalahuddin Al-Ayubi sukses membangkitkan semangat tentaranya hingga menang dalam pertempuran. Di Kalsel albarzanji sekarang jarang dibacakan.

**********Ditulis ulang oleh_Awiiier **********
________________________________________