Oleh : Arsyad Indradi
Sebuah Desa bernama “ Karatau “ Kecamatan Batu Benawa di Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah Desa yang bersih. Masyarakatnya, nampaknya sangat peduli akan kebersihan lingkungan walau pun rumah-rumah di kiri kanan jalan cukup sederhana. Suasana Desa ini terasa nyaman dan menyenangkan dalam sebuah pemukiman penduduk. Di ujung Desa inilah terdapat Gua bernama Liang Hidangan.
Jika kita akan ke Gua Liang Hidangan, dari Kota Barabai berjarak sekitar 8 km menuju Desa Karatau naik mobil atau sepeda motor sekitar kurang dari satu jam. Tetapi dari Desa Karatau menuju Gua Liang Hidangan berjarak 3 km yang agak sulit ditempuh dengan mobil melainkan dengan sepeda motor sekitar satu jam atau jalan kaki sekitar satu setengah jam manakala musim hujan.
Gua Liang Hidangan berada hampir di tengah – tengahnya Gunung Batu Benawa, yang memiliki panorama yang sungguh menakjubkan. Selain keindahan hutan di sekitar gua, juga gua ini memiliki keunikan tersendiri. Gua yang mempunyai kisah zaman dahulu, kisah Raden Panganten anak durhaka yang disumpah Diang Ingsun ibunya sehinga menjadi batu. Kisah ini dituturkan secara lisan mau pun dikemas dalam sebuah buku yang selalu melekat dalam masyarakat Tanah Banjar sampai sekarang ini.
Sesungguhnya,Gua Liang Hidangan ini merupakan objek wisata yang sangat strategis bagi Kabupaten HST khususnya Kota Barabai dan Kalimantan Selatan umumnya, namun kondisi potensi wisata ini masih belum diolah dan dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerahnya baik Pemkabnya mau pun Pemda Prov.Kalsel.
Jalan sepanjang 3 km menuju ke Gua Liang Hidangan dalam kondisi sangat buruk dan berlumpur jika hujan. Di kaki gunung dimana letak gua tersebut ada sebuah bangunan kecil tempat peristirahatan pengunjung sangat memperihatinhan. Ada beberapa bagian bangunan itu sudah lapuk dan coret-moret di bangku dan langit-langit bangunan dan lebih-lebih lagi disekitarnya ditumbuhi hutan kecil yang menutupi serkitar bangunan itu sehingga yang terlihat hanya atapnya saja. Jalan bertangga yakni pendakian menuju Gua Liang Hidangan yang dibangun dari beton nampak rusak berat. Untuk mencapai gua begitu sulit kalau tidak hati-hati akan membahayakan karena tangga ini licin ditumbuhi semak dan pohonan.
Kalau melihat potensi Gua Liang Hidangan ini, pemerintah dan masyarakatnya dapat mengemasnya dengan bungkus paket wisata yang rapi dan menarik maka akan menguntungkan bagi daerahnnya dan kemakmuran masyarakatnya. Apalagi jika menjadikan sebuah komplek taman wisata budaya sehingga akan menjadi komoditi pariwisata dalam skala regional, nasional maupun internasional tentu tak kalah dengan gua-gua yang lain di Indonesia, seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta ada Gua Braholo ( arena susur gua), Goa Cerme (Gua siluman), Gua Selarong (sejarah ) di Langse (Gua Kanjeng Ratu Kidul ) Gua Jatijajar (alam). Gua Sunyaragi (Budaya) di Cerebon, Gua Selomangleng (batu andesit hitam) di Kediri, Gua Pawon di Badung, Gua Maharani. Jatim,Gua Jepang (sejarah) Di Biak Papua dll
Menilik dari keunikan yang terkandung dalam Gua Liang Hidangan, selain menjadi objek pariwisata yang potensial juga menjadi tempat penelitian bagi para ahli. Menurut tutur tetuha masyarakat setempat bahwa di dalam Gua Liang Hidangan itu terdapat batu-batu berupa manusia, hewan ternak, alat-alat rumah tangga dan perabot kapal. Gua Liang Hidangan ini pada zaman dahulu adalah sebuah pecahan perahu yang ditumpangi Raden Panganten dan isterinya (putri china) beserta awak kapalnya yang disumpah oleh Diang Ingsun ibunya menjadi batu. Cerita ini apakah merupakan sebuah sejarah atau legenda atau mitos, kita serahkan saja kepada para ahli untuk menelitinya. ***
(Penulis seorang penyair dan pemerhati seni dan budaya)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar