Selasa, 31 Mei 2011

KABUPATEN BANJAR TAMPILKAN KESENIAN DI "TONG TONG FAIR"

………………………
Noripansyah yang bertindak sebagai manajer rombongan kesenian dari Sultan Banjar itu kepada koresponden ANTARA London, Senin, mengatakan bahwa ia merasa puas dengan penampilan Tim Kesenian Banjar yang utuk pertama kalinya tampil di luar negeri.
Penampilan kesenian dari Sangar Kesultanan Banjar di bawah pimpinan Sultan Banjar sekaligus Bupati Banjar yaitu Raja Chairul Saleh dan Ratu Raudatuljanah itu sepenuhnya didukung oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

"Kami senang bisa tampil berpartisipasi dalam mengikuti misi kebudayaan Indonesia di luar negeri," ujar lulusan Mastrict University yang bangga bisa membawa rekan rekannya mangung di Tong Tong Fair.

Dikatakannya, Sangar Kesultanan Banjar yang sering tampil dalam berbagai acara-acara di daerah dalam acara Tong Tong Fair juga menampilkan Titik Laran, Japin Rantauan, Semangat Ratu Zaleha dan Maranting Intan dan tarian Radap Rahayu.

Tarian yang menggambarkan bidadari yang datang untuk menyelamatkan kekalahan perang dari prajurit Kerajaan Banjar yang akhirnya tarian ini digunakan dalam upacara menyambut tamu kehormatan ……….
………………………………………….

Berita di atas kukutip dari (T.H-ZG/B/F002/F002) 31-05-2011 08:38:59
http://antarajendeladunia.blogspot.com/

Setelah kucermati berita tersebut di atas :
1) Benarkah ada Sanggar Kesultanan Banjar yang sering tampil dalam berbagai acara-acara di daerah ? Sepengetahuanku rasanya belum ada Sanggar Kesultanan Banjar.
2) Tarian Radap Rahayu bukan menggambarkan bidadari yang datang untuk menyelamatkan kekalahan perang dari prajurit Kerajaan Banjar, yang benar adalah bidadari melakukan puja bantam (beradab-adab) dalam menyelamatkan Perahu Prabuyaksa yang kandas dan hampir tenggelam.
3) Sinopsis Tari Radab Rahayu saja keliru, jangan-jangan sinopsis Tari Semangat Ratu Zaleha, ragam geraknya keliru dan juga tidak menyebutkan namaku sebagai penciptanya atau diganti dengan nama orang lain soalnya tarian ini tidak seizinku.Dan setelah aku membaca Tabloit Urbana,06 Juni 2011,pelatih tari dan penarinya semuanya penari pemula,tidak profisional.*** (Arsyad Indradi)

Tari Semangat Ratu Zaleha ke Belanda



Temanku menelponku bahwa dia kaget membaca release di Media Kalimantan (aku lupa tanggal terbitnya),Kesultanan Banjar akan ke Eropah (Belanda) dengan tim kesenian tarinya membawakan beberapa tarian salah satunya Tari Semangat Ratu Zaleha. Dia kaget mengira aku ikut berangkat. Sebab baru saja kami bertemu di rumahku dan tidak tersentuh pun pembicaraan hal ini. Dia tahu tarian itu aku yang menciptanya. Balik aku juga kaget, sebab baru sekarang tahu Tarian ciptaanku itu di bawa ke Eropah, sebelumnya Tim Kesenian Kesultanan Banjar itu tak pernah konfermasi (izin) kepadaku sampai keberangkatannya ke Eropah. Aku agak bangga juga Tarian ciptaanku dibawa, namun sayangnya sebelumnya tidak pernah minta izin kepadaku. Jika tahu adat istiadat dan menjunjung tinggi “Pemangku Adat” tentu Tim kesenian Kesultanan Banjar ini akan “bapadah”. Sesunguhnya aku bukan ingin dihormati dan juga tidak ada sedikit pun niatan handak “bakasak” ikut tapi seyogyanyalah “bapadah” kepada koreografernya. Dan sejujurnya aku sangat berterima kasih dan akan mengizinkan dengan tulus. Dalam hal ini aku juga dapat berpartifasi membantu sewaktu penarinya sedang latihan siapa tahu ada hal-hal yang tidak pas dengan kreograferku. Sebab bagaimana pun juga ini menyangkut nama penciptanya manakala dibacakan sinopsis dan nama kreograpernya sebelum tarian itu ditampilkan. Apa lagi setelah kuketahui bahwa penari Tim Kesenian Kesultanan Banjar itu penari “pemula” tidak profisional.
Setelah temanku menelponku,aku menelpon Mama Rima (Isteri Raja Muda Pangeran Khairul Saleh) betapa kagetnya dan diluar pengetahuan beliau. Dalam hal ini beliau minta maaf dan “bapadah”. Aku mengizinkan dan bahkan mengiringi doa restu.. Tetapi aku tetap minta kepada beliau Tim Kesenian Kesultanan Banjar (yang bertanggung jawab) harus datang kepadaku. Ternyata sampai keberangkatan ke Eropah Tim ini tidak nampak batang hidungnya.
Sesungguhnya ini adalah merupakan pembelajaran bagi kita semua bahwa kita harus selalu menjunjung tinggi hak cipta dan menghargai hasil karya seniman ( maaf bukan seniman dadakan atau seniman tempelan ) agar Seni Budaya Banjar dan Adat Istiadat Tanah Banjar selalu lestari. Semoga. (Arsyad Indradi )

Minggu, 29 Mei 2011

Lomba Bakisah Bahasa Banjar

Pemenang Lomba Bakisah Bahasa Banjar berfoto dengan dewan juri dan Kepala Sekolah

SMP Negeri 1 Martapura Timur tidak ketinggalan memperingati Hardiknas dengan mengadakan kegiatan lomba seperti cerdas cermat,catur dan bakisah bahasa banjar dengan tema keagamaan antar Sekolah Dasar se Martapura Timur, tanggal 26,27dan 28 Mei 2011. Isnu Wahyono M.Pd selaku kepala Sekolah menjelaskan bahwa kegiatan ini memang merupakan iven tahunan dari Sekolah. Nur Lailayani ketua panitia pelaksana menambahkan,ini merupakan sosialisasi dalam rangka memperkenalkan SMP Negeri 1 Martapura Timur yang masih berusia muda. Hasil dari lomba Bakisah Bahasa Banjar adalah sbb.
Juara I : M.Ilmi dari SDN Akar Begantung
Juara II : Istirofah dari SDN Pekauman 2
Juara III : Siti Nur Latifah dari SDN Dalam Pagar Ulu

Selasa, 10 Mei 2011

Tari Daerah Banjar : Semangat Ratu Zaleha

Elok si bunga tanjung
Mekar di dalam taman
Elok budi bauntung
Pahlawan dalam kenangan

Serumpun Tanah Melayu
Pulau Pandan Angsana dua
Ikat simpul kita bersatu
Negri Banjar tanah pusaka

Koreografer : Arsyad Indradi
Penata Tari : Aprina Indradi, S.Sn



Sinopsis :

Ratu Zaleha putri Sultan Muhammad Seman cucu Pangeran Antasari, adalah pahlawan wanita Banjar pewaris terakhir perang Banjar 1905. Dengan semangat Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing, Ratu Zaleha bersama pasukannya mengusir penjajah Belanda dan mempertahankan Benteng Manawing dan Tambang Batu Bara Oranje Nassau. Ratu Zaleha dianggap macan wanita yang tidak mau tunduk kepada Belanda. Perang berjalan 5 tahun. Sedang fisik Ratu Zaleha sudah menurun, dan karena kuatnya serangan Belanda maka Benteng itu dapat direbut oleh Belanda. Ratu Zaleha diasingkan ke Bogor tahun 1906. Perjuangan Ratu Zaleha mencatat sejarah dan menjadi simbol tokoh emansipasi wanita Tanah Banjar.



Tari Semangat Ratu Zaleha ini telah dipergelarkan pada acara Rampak Gendang Nusantara XII di Malaka Bersejarah, Malaysia 7 sd 16 April 2009. Disamping tari ini juga dipergelarkan tari rakyat Banjar lainnya yaitu Tari Tirik Lalan, Tari Tirik Kuala dan Tari Maiwak serta Musik Panting mendendangkan lagu-lagu daerah Banjar (Kalsel).untuk masyarakat Malaka ***

Tari Banjar : Radap Rahayu


Pentas Malam Kesenian Grup Tari Selendang Mayang Mtp/Bjb,2011

Asal muasal Tari Radap Rahayu adalah ketika Kapal Perabu Yaksa yang ditumpangi Patih Lambung Mangkurat yang pulang lawatan dari Kerajaan Majapahit, ketika sampai di Muara Mantuil dan akan memasuki Sungai Barito, kapal Perabu Yaksa kandas di tengah jalan. Perahu menjadi oleng dan nyaris terbalik. Melihat ini, Patih Lambung Mangkurat lalu memuja “ Bantam” yakni meminta pertolongan pada Yang Maha kuasa agar kapal dapat diselamatkan. Tak lama dari angkasa turunlah tujuh bidadari ke atas kapal kemudian mengadakan upacara beradap-radap. Akhirnya kapal tersebut kembali normal dan tujuh bidadari tersebut kembali ke Kayangan. Kapal melanjutkan pulang ke Kerajaan Dwipa. Dari cerita ini lahirlah Tari “ Radap Rahayu “ ( anonim ). Tarian ini sangat terkenal di Kerajaan Banjar karena dipentaskan setiap acara penobatan raja serta pembesar-pembesar kerajaan dan juga sebagai tarian penyambut tamu kehormatan yang datang ke Banua Banjar, upacara perkawinan, dan upacara memalas banua sebagai tapung tawar untuk keselamatan. Tarian ini termasuk jenis tari klasik Banjar dan bersifat sakral.Dalam tarian ini diperlihatkan para bidadari dari kayangan turun ke bumi untuk memberikan doa restu serta keselamatan . Gerak ini diperlihatkan pada gerakan awal serta akhir tari dengan gerak “terbang layang”. Sayair lagu Tari Radap Rahayu diselingi dengan sebuah nyanyian yang isi syairnya mengundang makhluk-makhluk halus ( bidadari ) ketika ragam gerak “Tapung Tawar”, untuk turun ke bumi. Jumlah penari Radap Rahayu selalu menunjukkan bilangan ganjil, yaitu : 1,3,5,7 dan seterusnya. Tata Busana telah baku yaitu baju layang. Hiasan rambut mengggunakan untaian kembang bogam. Selendang berperan untuk melukiskan seorang bidadari, disertai cupu sebagai tempat beras kuning dan bunga rampai untuk doa restu dibawa para penari di tangan kiri. Seiring lenyapnya Kerajaan Dwipa, lenyap juga Tari Radap Rahayu. Tarian tersebut kembali digubah oleh seniman Kerajaan Banjar bernama Pangeran Hidayatullah. Namun kembali terlupakan ketika berkecamuknya perang Banjar mengusir penjajah Belanda. Pada tahun 1955 oleh seorang Budayawan bernama Kiayi Amir Hasan Bondan membangkitkan kembali melalui Kelompok Tari yang didirikannya bernama PERPEKINDO ( Perintis Peradaban dan Kebudayaan Indonesia) yang berkedudukan di Banjarmasin. Sampai saat ini PERPEKINDO masih aktif mengembangkan dan melestarikan Tari Radap Rahayu. (Arsyad Indradi )

Tari Banjar : Kuda Alas

Penata Tari : Arsyad Indradi

Pagelaran di Nusa Dua Bali,2004
Foto : A.Indradi

Sebuah tarian yang menggambarkan bagaimana binal dan liarnya kuda-kuda yang hidup di padang rumput terbuka atau di hutan – hutan yang lebat pepohonannya. mereka satu sama lain saling bersaing untuk mengusai padang rumput dan tak jarang terjadi perkelahian. Namun akhirnya kelompok – kelompok yang bertikai itu rukun bersatu. Karena mereka adalah satu jenis bernama kuda. Tarian ini adalah sebuah tarian kreasi baru yang diolah bersumber dari gerak-gerak tari rakyat atau tarian tradisional, seperti pada tarian wayang gong (wayang oarang) dan kuda gepang. Tarian ini kental sekali di dalam masyarakat Banjar. Tarian ini dipertunjukkan saat perayaan hari-hari besar baik daerah, nasional atau pun acara hiburan lainnya.

Tari Banjar : Baksa Kipas

Koreografer : Arsyad Indradi

Pagelaran di Nusa Dua Bali,2004
Foto : A.Indradi

Tari Baksa Kipas adalah sebuah tarian klasik yang hidup di masyarakat Banjar yaitu di daerah Sungai Asam Kecamatan Karang Intan Kabupaten banjar. Namun beberapa tahun silam tarian ini terlupakan dan akhirnya tenggelam.
Pada tahun 1985 Arsyad Indradi bersama seniman tari Kota Banjarbaru mengadakan riset dan menghidupkan kembali Tari Baksa Kipas ini. Tarian ini dikemas kembali karena yang mewarisi tarian ini sudah manula. Tarian ini menggambarkan gadis-gadis Banjar sedang bermain-main dan bergembira ria disuatu pertamanan. Hand propertis yang digunakan adalah kipas. Kipas ini merupakan hasil kerajinan masyarakat Banjar yang menjadi cendra mata bagi wisatawan yang datang ke Tanah Banjar.

Tari Banjar : Galuh Marikit

Koreografer : Arsyad Indradi

Pagelaran di Nusa Dua Bali,2004
Foto : A.Indradi

Sebuah tarian yang berjenis tari kreasi baru yang digarap bersumber dari gerak-gerak klasik dan dipadu dengan gerak tari rakyat setempat. Tarian ini hidup dan berkembang di daerah Kota Banjarbaru. Tarian ini menggambarkan bagaimana masyarakat Cempaka keserahariannya sebagai pendulang intan. Cempaka memang sebuah daerah yang banyak menghasilkan intan yang sangat terkenal baik di Indonesia maupun Manca Negara. Tarian Galuh Marikit ini menggambarkan suasana bagaimana Galuh Marikit yang menjadi idaman para pendulang, dengan gigih dan dengan segenap upaya agar dapat “mamicik” (memperoleh) Galuh Marikit tersebut. Kata “ Galuh Marikit “ adalah sebutan pengganti kata “intan”. Sebab, siapapun apa lagi bagi pendulang intan sangatlah tabu bila langsung menyebut kata “intan “ bila berada di daerah pendulangan terlebih lagi sewaktu sedang mendulang. Menurut kepercayaan, pendulang jika langsung menyebut kata intan maka intan tersebut akan menjauh atau menghilang. Dalam tarian ini ada beberapa pelaku yaitu : Galuh Marikit sebagai tokoh utama, Aamasan, titimahan, dan bebatuan lainnya sebagai pendukung ( babantalan ). Arsyad Indradi sebagai kreograper, menitik beratkan pada penokohan “Galuh Marikit”. Jadi gambaran pekerja pendulang adalah sebagai backgroundnya saja. Pelaku tarian ini adalah : Galuh Marikit, Aamasan, Titimahan, dan bebatuan lainnya sebagai pendukung (babantalan) sekaligus berperan sebagai pendulang.

Tari Banjar : Baksa Kembang


Pagelaran di Nusa Dua Bali,2004
Foto : A.Indradi

Tari Baksa Kembang termasuk jenis tari klasik, yang hidup dan berkembang di keraton Banjar, yang ditarikan oleh putri-putri keraton. Lambat laun tarian ini menyebar ke rakyat Banjar dengan penarinya galuh-galuh Banjar. Tarian ini dipertunjukkan untuk menghibur keluarga keraton dan menyambut tamu agung seperti raja atau pangeran . Setelah tarian ini memasyarakat di Tanah Banjar, berfungsi untuk menyambut tamu pejabat-pejabat negara dalam perayaan hari-hari besar daerah atau nasional. Disamping itu pula tarian Baksa Kembang dipertunjukkan pada perayaan pengantin Banjar atau hajatan misalnya tuan rumah mengadakan selamatan. Tarian ini memakai hand propertis sepasang kembang Bogam yaitu rangkaian kembang mawar, melati, kantil dan kenanga. Kembang bogan ini akan dihadiahkan kepada tamu pejabat dan isteri, setelah taraian ini selesai ditarikan. Sebagai gambaran ringkas, tarian ini menggambarkan putri-putri remaja yang cantik sedang bermain-main di taman bunga. Mereka memetik beberapa bunga kemudian dirangkai menjadi kembang bogam kemudian kembang bogam ini mereka bawa bergembira ria sambil menari dengan gemulai. Tari Baksa Kembang memakai Mahkota bernama Gajah Gemuling yang ditatah oleh kembang goyang, sepasang kembang bogam ukuran kecil yang diletakkan pada mahkota dan seuntai anyaman dari daun kelapa muda bernama halilipan. Tari Baksa Kembang biasanya ditarikan oleh sejumlah hitungan ganjil misalnya satu orang, tiga orang, lima orang dan seterusnya. Dan tarian ini diiringi seperangkat tetabuhan atau gamelan dengan irama lagu yang sudah baku yaitu lagu Ayakan dan Janklong atau Kambang Muni. Tarian Baksa Kembang ini di dalam masyarakat Banjar ada beberapa versi , ini terjadi setiap keturunan mempunya gaya tersendiri namun masih satu ciri khas sebagai tarian Baksa Kembang, seperti Lagureh, Tapung Tali, Kijik, Jumanang. Pada tahun 1990-an, Taman Budaya Kalimantan Selatan berinisiaf mengumpul pelatih-pelatih tari Baksa Kembang dari segala versi untuk menjadikan satu Tari Baksa Kembang yang baku. Setelah ada kesepakatan, maka diadakanlah workshoup Tari Baksa Kembanag dengan pesertanya perwakilan dari daerah Kabupaten dan Kota se Kalimantan Selatan. Walau pun masih ada yang menarikan Tari Baksa Kembang versi yang ada namun hanya berkisar pada keluarga atau lokal, tetapi dalam lomba, festival atau misi kesenian keluar dari Kalimantan Selatan harus menarikan tarian yang sudah dibakukan.******

*** Arsyad Indradi
Ketua/Pelatih "Galuh Marikit Dance Gruop " Banjarbaru

Tari Banjar : Tirik Lalan

Pesta Gendang Nusatara VII,Malaka-Malaysia,2004
Foto :A.Indradi (Bajarbaru)

Jenis tari hiburan. Tarian ini digali dari sebuah tari Bagandut pada tahun 1970-an yang berasal dari daerah Pandahan Kabupaten Tapin. Sebuah tarian yang romantik, yang menggambarkan seorang suami yang ingin merantau ke Tanah Jawa untuk mencari penghidupan yang layak, namun sang isteri rupanya tidak mengijinkan, sebab sang suami pergi tidak tentu entah berapa lamanya. Sang isteri begitu sedih. Sang suami dengan bujuk rayu dan memberikan pengertian pada sang isteri. Pada akhirnya sang isteri mengijinkan juga keberangkatan sang suami. Tarian ini ditampilkan pada acara hiburan dalam memperingati hari-hari besar baik lokal maupun nasional atau perayaan lainnya. ( Arsyad Indradi )




Senin, 02 Mei 2011

Mengenang Perjuangan Pahlawan Perempuan Ratu Zaleha

Mengenang para pahlawan perempuan ini membangkitkan motivasi patriotisme terhadap bangsa dan Negara Indonesia yang sekarang merdeka. Di mana generasi muda bangsa negeri ini terutama remaja putri Indonesia harus mengenal siapa- siapa saja pahlawan perempuan pendahulunya dalam memperjuangkan harkat martabat perempuan yang tertindas dan berjuang mengusir penjajah Belanda dan Jepang sampai titik darah yang penghabisan di kancah pertempuran.

Para pahlawan perempuan itu yang telah dikenal dan banyak pula yang terlupakan.Pahlawan perempuan itu sepeti Marta Christina tahun 1817 di Maluku, Nyi Ageng Serang (1752-1828) Jawa Tengah, Cut Nyak Dien (1850-1908) dan Cut Meutia (1870-1910) di Aceh., Dewi Sartika (1884-1947) di Bandung Jabar, Rohana Kudus (1884-1972) di Padang kemudian pindah ke Medan dan lain – lain.

Banyak pahlawan perempuan yang terlupakan dan luput dari perhatian para pekerja sejarah seperti sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Yakni, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan dan perempuan perkasa lainnya.

Dari sekian para pahlawan perempuan yang terlupakan itu ialah Gusti Zaleha. Gusti Zaleha adalah perempuan perkasa yang patut di ketahui dan patut dikenang sebagai pahlawan perempuan yang gigih memperjuangkan tanah Banjar dari tangan besi penjajah Belanda.

Gusti Zaleha putri dari Sultan Muhammad Seman, cucu dari Pangeran Antasari. Lahir di Lembah Sungai Barito, Muara Lawung,tahun 1880. Di masa anak-anak ia telah merasakan pahit getirnya perjuangan bersama ayahnya dan kakeknya melawan penjajah Belanda. Meninggalnya kakeknya Pangeran Antasari karena sakit, dia sangat kehilangan sekali kakeknya yang selalu mendidiknya agar perempuan Banjar berjiwa patriot dengan semboyan “Waja Sampai Kaputing”. Ketika mulai berangkat dewasa, dia bersama ayahnya terus gencar mengusir penjajah dan selalu diuber-uber Belanda sampai masuk hutan ke luar hutan.

Sebelum ayahnya meninggal Gusti Zaleha sempat diberi cincin kerajaan dari ayahnya. Sejak itu dia menggantikan ayahnya sebagai Sultan dan Pemimpin Perang Tertinggi kemudian diberi gelar Ratu Zaleha. Bersama suaminya Gusti Muhammad Arsyad terus melanjutkan perjuangan ayahnya. Gusti Muhammad Arsyad adalah saudara sepupunya putra dari pamannya Gusti Muhammad Said. Semasa ayahnya masih hidup, suaminya adalah panglima perang yang sangat dihandalkan ayahnya, dimana bersama suaminya pada tahun 1901 memporak porandakan penyerangan Belanda di daerah Barito.

Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku – suku Dayak Dusun, Kenyah,Ngaju,Kayan,Siang,Bakumpai,Suku Banjar bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad seorang perempuan yang sangat pemberani yang selalu bahu membahu di medan pertempuran.

Selama masa perjuangan fisik Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad (masuk Islam) tidak ketinggalan memberikan pelajaran baca tulis (Arab Melayu) dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar serta memberikan penyuluhan kepada perempuan – perempuan Banjar tentang peranan perempuan,ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan.

Ratu Zaleha sangat murka manakala suami dan pasukannya dilumpuhkan Belanda. Suaminya ditangkap lalu diasingkan ke Bogor pada 1904. Tetapi ia tidak pernah kenal surut dan terus mengadakan perlawanan yang tinggi mempertahankan Benteng Manawing dan Tambang Batu Bara Oranje Nassau atas gempuran Belanda yang lengkap alat persenjataannya.

Ratu Zaleha dianggap macan wanita yang tidak mau tunduk kepada Belanda. Perang berjalan 5 tahun. Tetapi kondisi fisik Ratu Zaleha mulai menurun karena kelelahan dan pasukannya juga satu persatu gugur dalam suatu pertempuran yang sangat tidak berimbang. Pada bulan Juni 1905, pasukan Ratu Zaleha dilumpuhkan dan dia ditanggkap kemudian bersama ibunya Nyai Salmah diasingkan ke Bogor bersama-sama suaminya Gusti Muhammad Arsyad.

Setelah tertawannya Ratu Zaleha maka berakhirlah “Perang Banjar” yang dimulai tahun 1859. Dan Belanda dengan leluasa menjajah di bumi Kalimantan ini.

Selama 31 tahun Ratu Zaleha bersama keluarganya dipengasingan kemudian diizinkan kembali ke Banjarmasin,1937. Dan pada tanggal 24 September 1953 Ratu Zaleha berpulang kerahmatullah, di makamkan dikomplek MakamRaja-Raja Banjar di Banjarmasin.

Pada tanggal 11 Januari 1954 Bulan Jihad turun dari gunung setelah 49 tahun mengasingkan diri. Dia sangat sedih setelah 4 bulan baru tahu Ratu Zaleha sahabatnya mendahuluinya.

Walaupun Ratu Zaleha telah tiada namun harum namanya tak pernah sirna di hati rakyat Kalimantan. Ratu Zaleha menjadi simbol emansipati waniti Banjar, juga namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum di Martapura Kabupaten Banjar Kalsel.

Arsyad Indradi
Bjb,12 April 2011

Sumber bacaan :
1.Tokoh-Tokoh Pejuang Pada Kesultanan Kerajaan Banjar (Disbudpar,Kab.Banjar)
2.Pangeran Antasari oleh H.Hamlan Arpan (Mutiara Sumber Widya,1992)
3.Orang-Orang Terkemuka dalam Sejarah Kalimantan oleh Anggraini Antemas (BP>Anggraini Features Bjm,1971)