
Jumat, 23 Desember 2011
MANINGAU NILAI SOSIAL BUDAYA DAN NILAI SENI BUDAYA BANJAR
Minggu, 09 Oktober 2011
TADARUS PUISI 2011 (Padukan Proses Kreatif Penciptaan Puisi dan Pembacaannya)
Sabtu, 08 Oktober 2011
BURINIK SENI BUDAYA BANJAR
BANJARMASIN KOTA JAZIRAH CINTA
Oleh: HE. Benyamine
Minggu, 31 Juli 2011
GUA LIANG HIDANGAN WISATA YANG MENAKJUBKAN
Oleh : Arsyad Indradi
Sebuah Desa bernama “ Karatau “ Kecamatan Batu Benawa di Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah Desa yang bersih. Masyarakatnya, nampaknya sangat peduli akan kebersihan lingkungan walau pun rumah-rumah di kiri kanan jalan cukup sederhana. Suasana Desa ini terasa nyaman dan menyenangkan dalam sebuah pemukiman penduduk. Di ujung Desa inilah terdapat Gua bernama Liang Hidangan.
Jika kita akan ke Gua Liang Hidangan, dari Kota Barabai berjarak sekitar 8 km menuju Desa Karatau naik mobil atau sepeda motor sekitar kurang dari satu jam. Tetapi dari Desa Karatau menuju Gua Liang Hidangan berjarak 3 km yang agak sulit ditempuh dengan mobil melainkan dengan sepeda motor sekitar satu jam atau jalan kaki sekitar satu setengah jam manakala musim hujan.
Gua Liang Hidangan berada hampir di tengah – tengahnya Gunung Batu Benawa, yang memiliki panorama yang sungguh menakjubkan. Selain keindahan hutan di sekitar gua, juga gua ini memiliki keunikan tersendiri. Gua yang mempunyai kisah zaman dahulu, kisah Raden Panganten anak durhaka yang disumpah Diang Ingsun ibunya sehinga menjadi batu. Kisah ini dituturkan secara lisan mau pun dikemas dalam sebuah buku yang selalu melekat dalam masyarakat Tanah Banjar sampai sekarang ini.
Sesungguhnya,Gua Liang Hidangan ini merupakan objek wisata yang sangat strategis bagi Kabupaten HST khususnya Kota Barabai dan Kalimantan Selatan umumnya, namun kondisi potensi wisata ini masih belum diolah dan dikelola dengan baik oleh Pemerintah Daerahnya baik Pemkabnya mau pun Pemda Prov.Kalsel.
Jalan sepanjang 3 km menuju ke Gua Liang Hidangan dalam kondisi sangat buruk dan berlumpur jika hujan. Di kaki gunung dimana letak gua tersebut ada sebuah bangunan kecil tempat peristirahatan pengunjung sangat memperihatinhan. Ada beberapa bagian bangunan itu sudah lapuk dan coret-moret di bangku dan langit-langit bangunan dan lebih-lebih lagi disekitarnya ditumbuhi hutan kecil yang menutupi serkitar bangunan itu sehingga yang terlihat hanya atapnya saja. Jalan bertangga yakni pendakian menuju Gua Liang Hidangan yang dibangun dari beton nampak rusak berat. Untuk mencapai gua begitu sulit kalau tidak hati-hati akan membahayakan karena tangga ini licin ditumbuhi semak dan pohonan.
Kalau melihat potensi Gua Liang Hidangan ini, pemerintah dan masyarakatnya dapat mengemasnya dengan bungkus paket wisata yang rapi dan menarik maka akan menguntungkan bagi daerahnnya dan kemakmuran masyarakatnya. Apalagi jika menjadikan sebuah komplek taman wisata budaya sehingga akan menjadi komoditi pariwisata dalam skala regional, nasional maupun internasional tentu tak kalah dengan gua-gua yang lain di Indonesia, seperti di Daerah Istimewa Yogyakarta ada Gua Braholo ( arena susur gua), Goa Cerme (Gua siluman), Gua Selarong (sejarah ) di Langse (Gua Kanjeng Ratu Kidul ) Gua Jatijajar (alam). Gua Sunyaragi (Budaya) di Cerebon, Gua Selomangleng (batu andesit hitam) di Kediri, Gua Pawon di Badung, Gua Maharani. Jatim,Gua Jepang (sejarah) Di Biak Papua dll
Menilik dari keunikan yang terkandung dalam Gua Liang Hidangan, selain menjadi objek pariwisata yang potensial juga menjadi tempat penelitian bagi para ahli. Menurut tutur tetuha masyarakat setempat bahwa di dalam Gua Liang Hidangan itu terdapat batu-batu berupa manusia, hewan ternak, alat-alat rumah tangga dan perabot kapal. Gua Liang Hidangan ini pada zaman dahulu adalah sebuah pecahan perahu yang ditumpangi Raden Panganten dan isterinya (putri china) beserta awak kapalnya yang disumpah oleh Diang Ingsun ibunya menjadi batu. Cerita ini apakah merupakan sebuah sejarah atau legenda atau mitos, kita serahkan saja kepada para ahli untuk menelitinya. ***
(Penulis seorang penyair dan pemerhati seni dan budaya)

Kamis, 09 Juni 2011
Arsyad : Kasihan Kesultanan Banjar

ciptaannya dibawakan tim Kesultanan Banjar di “Tong Tong Fair” Belandan, giliran seniman Kalsel Arsyad Indradi mengaku hal sama. Arsyad Indradi selaku pencipta Tari Semangat Ratu Zaleha yang dibawakan oleh kesenian Sanggar Kesultanan Banjar, mengaku terkejut tariannya dibawakan. “Saya terkejut. Sebab baru sekarang tahu tarian ciptaan saya itu dibawakan ke Eropah. Saya bangga dan sangat senang mendengarnya” ucap seniman tari ini kepada MK, diBanjarbaru,kemarin (2/6). “Namun saya sangat sangat menyayangkan kepada Tim Kesenian Kesultanan Banjar itu yang tak konfirmasi (izin) terlebih dalu kepada saya sampai keberangkatannya” tambahnya. Menurut Arsyad, hal ini memberikan kesan buruk kepada pihak Kesultanan. Ia menyatakan itu sebagai ketidaksopanan para Tim Kesenian Kesultanan Banjar.
“Kasihan Kesultanan yang tidak tahu-menahu. Dan dalam hal ini menjadi prasangka yang maca-macam dari berbagai kalangan yang tidak paham. Jika tahu adat-istiadat, tentunya Tim Kesenian Kesultanan Banjar ini akan bapadah.” Sesungguhnya aku bukan ingin dihormati ataupun disangka ingin “bakasak” ikut tetapi seyogyanyalah bapadah kepada koreorafernya,”ucapnya.
Arsyad bahkan mengaku berterima kasih dan mengizinkan dengan tulus bila minta izin.”Sebab bagaimanapun juga ini menyangkut nama penciptanya, manakala dibacakan sinopsisnya dan nama koregrafernya sebelum tarian itu ditampilkan. Apalagi setelah diketahui bahwa penari Tim Kesenian Kesultanan Banjar itu penari pemula yang baru belajar, tidak profisional.” ujar Arsyad yang juga dikenal sebagai penyair.
Bahkan Arsyad agak was-was, jangan-jangan ragam gerak Tari Semangat Ratu Zaleha keliru dan tidak menyebutkan namanya sebagai penciptanya atau diganti dengan nama orang lain “Karena aku mengetahui pelatih tari dan semua penarinya bukan penari profisional alias pemula,”ucapnya.
Seharusnya,lanjut Arsyad, Tim Kesenian Kesultanan Banjar (yang bertanggung jawab) memunculkan batang hidungnya guna meminta izin sebelum keberangkatan. “Sebenarnya kejadian ini adalah pembelajaran bagi kita semua bahwa kita harus selalu menjunjung tinggi hak cipta dan menghargai hasil karya seniman. Maaf, bukan seniman dadakan atau seniman tempelan. Agar seni Budya Banjar dan Adat-istiadat Tanah Banjar selalu lestari. Semoga”,pungkasnya ( ananda-kmk).
Sumber : Harian Media Kalimantan,Jumat,3 Juni 2011.
Selasa, 31 Mei 2011
KABUPATEN BANJAR TAMPILKAN KESENIAN DI "TONG TONG FAIR"
Penampilan kesenian dari Sangar Kesultanan Banjar di bawah pimpinan Sultan Banjar sekaligus Bupati Banjar yaitu Raja Chairul Saleh dan Ratu Raudatuljanah itu sepenuhnya didukung oleh Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
"Kami senang bisa tampil berpartisipasi dalam mengikuti misi kebudayaan Indonesia di luar negeri," ujar lulusan Mastrict University yang bangga bisa membawa rekan rekannya mangung di Tong Tong Fair.
Dikatakannya, Sangar Kesultanan Banjar yang sering tampil dalam berbagai acara-acara di daerah dalam acara Tong Tong Fair juga menampilkan Titik Laran, Japin Rantauan, Semangat Ratu Zaleha dan Maranting Intan dan tarian Radap Rahayu.
Tarian yang menggambarkan bidadari yang datang untuk menyelamatkan kekalahan perang dari prajurit Kerajaan Banjar yang akhirnya tarian ini digunakan dalam upacara menyambut tamu kehormatan ……….
………………………………………….
Berita di atas kukutip dari (T.H-ZG/B/F002/F002) 31-05-2011 08:38:59
http://antarajendeladunia.blogspot.com/
Setelah kucermati berita tersebut di atas :
1) Benarkah ada Sanggar Kesultanan Banjar yang sering tampil dalam berbagai acara-acara di daerah ? Sepengetahuanku rasanya belum ada Sanggar Kesultanan Banjar.
2) Tarian Radap Rahayu bukan menggambarkan bidadari yang datang untuk menyelamatkan kekalahan perang dari prajurit Kerajaan Banjar, yang benar adalah bidadari melakukan puja bantam (beradab-adab) dalam menyelamatkan Perahu Prabuyaksa yang kandas dan hampir tenggelam.
3) Sinopsis Tari Radab Rahayu saja keliru, jangan-jangan sinopsis Tari Semangat Ratu Zaleha, ragam geraknya keliru dan juga tidak menyebutkan namaku sebagai penciptanya atau diganti dengan nama orang lain soalnya tarian ini tidak seizinku.Dan setelah aku membaca Tabloit Urbana,06 Juni 2011,pelatih tari dan penarinya semuanya penari pemula,tidak profisional.*** (Arsyad Indradi)
Tari Semangat Ratu Zaleha ke Belanda

Setelah temanku menelponku,aku menelpon Mama Rima (Isteri Raja Muda Pangeran Khairul Saleh) betapa kagetnya dan diluar pengetahuan beliau. Dalam hal ini beliau minta maaf dan “bapadah”. Aku mengizinkan dan bahkan mengiringi doa restu.. Tetapi aku tetap minta kepada beliau Tim Kesenian Kesultanan Banjar (yang bertanggung jawab) harus datang kepadaku. Ternyata sampai keberangkatan ke Eropah Tim ini tidak nampak batang hidungnya.
Sesungguhnya ini adalah merupakan pembelajaran bagi kita semua bahwa kita harus selalu menjunjung tinggi hak cipta dan menghargai hasil karya seniman ( maaf bukan seniman dadakan atau seniman tempelan ) agar Seni Budaya Banjar dan Adat Istiadat Tanah Banjar selalu lestari. Semoga. (Arsyad Indradi )
Minggu, 29 Mei 2011
Lomba Bakisah Bahasa Banjar
Juara I : M.Ilmi dari SDN Akar Begantung
Juara II : Istirofah dari SDN Pekauman 2
Juara III : Siti Nur Latifah dari SDN Dalam Pagar Ulu

Selasa, 10 Mei 2011
Tari Daerah Banjar : Semangat Ratu Zaleha
Mekar di dalam taman
Elok budi bauntung
Pahlawan dalam kenangan
Serumpun Tanah Melayu
Pulau Pandan Angsana dua
Ikat simpul kita bersatu
Negri Banjar tanah pusaka
Koreografer : Arsyad Indradi
Penata Tari : Aprina Indradi, S.Sn

Sinopsis :
Tari Banjar : Radap Rahayu
Tari Banjar : Kuda Alas
Tari Banjar : Baksa Kipas
Pada tahun 1985 Arsyad Indradi bersama seniman tari Kota Banjarbaru mengadakan riset dan menghidupkan kembali Tari Baksa Kipas ini. Tarian ini dikemas kembali karena yang mewarisi tarian ini sudah manula. Tarian ini menggambarkan gadis-gadis Banjar sedang bermain-main dan bergembira ria disuatu pertamanan. Hand propertis yang digunakan adalah kipas. Kipas ini merupakan hasil kerajinan masyarakat Banjar yang menjadi cendra mata bagi wisatawan yang datang ke Tanah Banjar.
Tari Banjar : Galuh Marikit
Tari Banjar : Baksa Kembang

*** Arsyad Indradi
Ketua/Pelatih "Galuh Marikit Dance Gruop " Banjarbaru
Tari Banjar : Tirik Lalan
Senin, 02 Mei 2011
Mengenang Perjuangan Pahlawan Perempuan Ratu Zaleha
Para pahlawan perempuan itu yang telah dikenal dan banyak pula yang terlupakan.Pahlawan perempuan itu sepeti Marta Christina tahun 1817 di Maluku, Nyi Ageng Serang (1752-1828) Jawa Tengah, Cut Nyak Dien (1850-1908) dan Cut Meutia (1870-1910) di Aceh., Dewi Sartika (1884-1947) di Bandung Jabar, Rohana Kudus (1884-1972) di Padang kemudian pindah ke Medan dan lain – lain.
Banyak pahlawan perempuan yang terlupakan dan luput dari perhatian para pekerja sejarah seperti sosok wanita yang hebat dalam sejarah Indonesia. Yakni, Sultanah Seri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat dari Aceh dan Siti Aisyah We Tenriolle dari Sulawesi Selatan dan perempuan perkasa lainnya.
Dari sekian para pahlawan perempuan yang terlupakan itu ialah Gusti Zaleha. Gusti Zaleha adalah perempuan perkasa yang patut di ketahui dan patut dikenang sebagai pahlawan perempuan yang gigih memperjuangkan tanah Banjar dari tangan besi penjajah Belanda.
Gusti Zaleha putri dari Sultan Muhammad Seman, cucu dari Pangeran Antasari. Lahir di Lembah Sungai Barito, Muara Lawung,tahun 1880. Di masa anak-anak ia telah merasakan pahit getirnya perjuangan bersama ayahnya dan kakeknya melawan penjajah Belanda. Meninggalnya kakeknya Pangeran Antasari karena sakit, dia sangat kehilangan sekali kakeknya yang selalu mendidiknya agar perempuan Banjar berjiwa patriot dengan semboyan “Waja Sampai Kaputing”. Ketika mulai berangkat dewasa, dia bersama ayahnya terus gencar mengusir penjajah dan selalu diuber-uber Belanda sampai masuk hutan ke luar hutan.
Sebelum ayahnya meninggal Gusti Zaleha sempat diberi cincin kerajaan dari ayahnya. Sejak itu dia menggantikan ayahnya sebagai Sultan dan Pemimpin Perang Tertinggi kemudian diberi gelar Ratu Zaleha. Bersama suaminya Gusti Muhammad Arsyad terus melanjutkan perjuangan ayahnya. Gusti Muhammad Arsyad adalah saudara sepupunya putra dari pamannya Gusti Muhammad Said. Semasa ayahnya masih hidup, suaminya adalah panglima perang yang sangat dihandalkan ayahnya, dimana bersama suaminya pada tahun 1901 memporak porandakan penyerangan Belanda di daerah Barito.
Ratu Zaleha dapat menghimpun kekuatan dari suku – suku Dayak Dusun, Kenyah,Ngaju,Kayan,Siang,Bakumpai,Suku Banjar bersama seorang wanita pemuka Dayak Kenyah bernama Bulan Jihad seorang perempuan yang sangat pemberani yang selalu bahu membahu di medan pertempuran.
Selama masa perjuangan fisik Ratu Zaleha bersama Bulan Jihad (masuk Islam) tidak ketinggalan memberikan pelajaran baca tulis (Arab Melayu) dan ajaran agama Islam kepada anak-anak Banjar serta memberikan penyuluhan kepada perempuan – perempuan Banjar tentang peranan perempuan,ajaran agama Islam dan ilmu pengetahuan.
Ratu Zaleha sangat murka manakala suami dan pasukannya dilumpuhkan Belanda. Suaminya ditangkap lalu diasingkan ke Bogor pada 1904. Tetapi ia tidak pernah kenal surut dan terus mengadakan perlawanan yang tinggi mempertahankan Benteng Manawing dan Tambang Batu Bara Oranje Nassau atas gempuran Belanda yang lengkap alat persenjataannya.
Ratu Zaleha dianggap macan wanita yang tidak mau tunduk kepada Belanda. Perang berjalan 5 tahun. Tetapi kondisi fisik Ratu Zaleha mulai menurun karena kelelahan dan pasukannya juga satu persatu gugur dalam suatu pertempuran yang sangat tidak berimbang. Pada bulan Juni 1905, pasukan Ratu Zaleha dilumpuhkan dan dia ditanggkap kemudian bersama ibunya Nyai Salmah diasingkan ke Bogor bersama-sama suaminya Gusti Muhammad Arsyad.
Setelah tertawannya Ratu Zaleha maka berakhirlah “Perang Banjar” yang dimulai tahun 1859. Dan Belanda dengan leluasa menjajah di bumi Kalimantan ini.
Selama 31 tahun Ratu Zaleha bersama keluarganya dipengasingan kemudian diizinkan kembali ke Banjarmasin,1937. Dan pada tanggal 24 September 1953 Ratu Zaleha berpulang kerahmatullah, di makamkan dikomplek MakamRaja-Raja Banjar di Banjarmasin.
Pada tanggal 11 Januari 1954 Bulan Jihad turun dari gunung setelah 49 tahun mengasingkan diri. Dia sangat sedih setelah 4 bulan baru tahu Ratu Zaleha sahabatnya mendahuluinya.
Walaupun Ratu Zaleha telah tiada namun harum namanya tak pernah sirna di hati rakyat Kalimantan. Ratu Zaleha menjadi simbol emansipati waniti Banjar, juga namanya diabadikan sebagai nama Rumah Sakit Umum di Martapura Kabupaten Banjar Kalsel.
Arsyad Indradi
Bjb,12 April 2011
Sumber bacaan :
1.Tokoh-Tokoh Pejuang Pada Kesultanan Kerajaan Banjar (Disbudpar,Kab.Banjar)
2.Pangeran Antasari oleh H.Hamlan Arpan (Mutiara Sumber Widya,1992)
3.Orang-Orang Terkemuka dalam Sejarah Kalimantan oleh Anggraini Antemas (BP>Anggraini Features Bjm,1971)